Thumbelina berlayar melewati berbagai tempat. Burung-burung kecil yang hinggap di pepohonan melihatnya dan bernyanyi, “Alangkah manisnya gadis ini. Alangkah cantiknya gadis ini.” Daun yang membawa Thumbelina hanyut mengikuti aliran air. Makin lama makin jauh. Akhirnya, Thumbelina sampai ke negeri seberang.
Seekor kupu-kupu kecil yang indah tak henti-hentinya terbang mengikuti Thumbelina. Kupu-kupu itu akhirnya hinggap di atas daun teratai yang lebar. Thumbelina telah menawan hatinya.
Thumbelina gembira karena Si Katak tak akan dapat menangkapnya lagi. Apalagi, sambil berlayar dia melihat pemandangan yang indah-indah. Matahari memantulkan cahayanya yang kuning keemasan. Thumbelina melepaskan ikat pinggangnya. Diikatkannya satu ujungnya pada Si Kupu-kupu dan ujung lain pada daun, agar daun itu dapat meluncur lebih cepat.
Pada saat itu, datang seekor kumbang yang besar. Ia melihat Thumbelina. Kumbang sangat tertarik, lalu dijepitnya pinggang Thumbelina dan dibawanya ke atas pohon. Sementara itu, daun yang dinaiki Thumbelina terus meluncur, menyeret kupu-kupu yang tidak bisa melepaskan diri.
Thumbelina merasa takut dibawa kumbang itu ke sebuah pohon. Ia juga sedih memikirkan kupu-kupu yang telah diikatkannya pada daun. Oh! Kalau kupu-kupu itu tidak dapat melepaskan diri, ia pasti akan mati kelaparan. Kumbang yang jahat membawa Thumbelina ke daun yang paling besar di pohon itu dan memberinya makan berupa tepung sari. Ia memuji kecantikan Thumbelina. Ia mengatakan Thumbelina adalah kumbang yang paling cantik. Meski, tentu saja, Thumbelina tidaklah mirip seekor kumbang. 😀