Kisah Tujuh Pangeran Gagak (Bagian 2)

Pada suatu hari, tanpa sengaja, Gadis Kecil itu mendengar percakapan para tetangganya. Ternyata mereka sedang membicarakan dirinya.

Gadis yang sangat baik hati, ramah. Sangat cantik. Tapi, bagaimanapun, dia adalah penyebab hilangnya ketujuh kakak laki-lakinya,” ujar salah seorang tetangganya.

Sungguh terkejut gadis kecil itu. Apa? Dia mempunyai kakak? Kakak laki-laki? Bukan hanya seorang, tapi TUJUH orang!! Dan?..Apa kata para tetangga tadi? Dia adalah penyebab semua kakaknya menghilang?..Sedikit pun dia sama sekali tak mengetahui akan hal ini. Mengapa Ayah dan Ibu tak pernah memberitahu hal ini kepadanya?

Perasaannya berkecamuk. Serta merta, dengan bergegas, dijumpainya kedua orang tuanya. Dengan memohon, Gadis Kecil itu meminta kedua orang tuanya berterus terang akan apa yang telah terjadi.

Aku akan mati menderita bila ayah dan ibu tetap merahasiakan hal ini dariku. Kumohon, Ayah, Ibu..Ceritakanlah kepadaku,” ujarnya memohon.

Karena merasa tak ada gunanya menutupi rahasia itu lagi, akhirnya, kedua orang tuanya menceritakan segalanya. Ayahnya meminta kepadanya untuk berhenti menyalahkan dirinya sendiri, hal itu terjadi karena kehendak alam.

Namun, setelah mendengar segalanya, Gadis Kecil itu semakin bertambah sedih. Dia sering menangis dan menyesali kelahirannya. Semua itu takkan terjadi bila dia tak terlahir di dunia ini. Gadis itu selalu mengingat dan membayangkan penderitaan yang dialami oleh ketujuh kakaknya.

Dia pun bertekad untuk mencari ketujuh kakaknya. Dia akan berusaha mencari segala cara untuk membebaskan kutukan yang mengenai ketujuh kakaknya agar dapat kembali menjadi manusia, dan akan membawa mereka kembali pulang ke rumah.

Akhirnya, beberapa hari kemudian, Gadis Kecil itu meninggalkan rumah, mencari ketujuh kakaknya. Dengan hanya berbekal sebentuk cincin orangtuanya, sebuah pisau lipat, seiris roti untuk penahan lapar, sebotol kecil air untuk penahan haus dan sebuah kursi kecil untuk berisitirahat jika ia merasa lelah, Gadis Kecil itu berjalan sampai ke ujung dunia tanpa mengenal lelah.

Dari ujung dunia, ia berjalan terus sampai ke dekat rumah Sang Matahari. Sang Matahari kerap membakar siapa saja yang datang mendekat dan senang menelan anak-anak. Gadis Kecil itu pun menjauh, pergi menuju rumah Sang Bulan. Di sana, hawa dingin begitu menusuk tulang. Gadis Kecil itu pun menjauh kembali menuju rumah Sang Bintang. Di sini, Sang Bintang menyambutnya dengan ramah. Rumah Bintang ini dihuni oleh jutaan bintang. Yang paling terang adalah Bintang Kejora.

Gadis Kecil itu pun menceritakan masalah yang tengah dihadapinya. Para Bintang pun mendengarkannya dengan penuh perhatian.

Ketujuh kakakmu saat ini tinggal di dalam Gunung Kaca,” ujar Bintang Kejora ketika Gadis Kecil itu selesai bercerita.

Gunung Kaca?” tanya Gadis Kecil itu.

Iya. Gunung Kaca. Teruslah Kau berjalan ke arah utara, kelak Kau kan sampai di Gunung Kaca,” ujar Bintang Kejora menjelaskan. “Oiya, terimalah ini,” sambungnya sambil menyerahkan sebuah tulang kecil yang runcing kepada Gadis Kecil itu.

Apa ini?” tanya Gadis Kecil itu lagi.

Tulang runcing. Kau akan membutuhkannya sesampainya di Gunung Kaca Nanti. Tanpa tulang runcing ini, Kau takkan bisa masuk ke dalam Gunung Kaca,” jelas Bintang Kejora lebih lanjut.

Baiklah. Kalau begitu, aku akan segera berangkat ke Gunung Kaca. Terima kasih atas perhatian dan kebaikan kalian selama ini,” kata Gadis Kecil itu sambil berpamitan kepada Para Bintang.

Dengan sangat berhati-hati, Gadis Kecil itu membungkus tulang runcing itu di dalam sapu tangannya, lalu ia pun pergi menuju Gunung Kaca. Sesampainya di Gunung Kaca, Gadis kecil itu menjumpai pintu gerbang yang terkunci rapat. Teringat pesan Bintang Kejora, dibukanya sapu tangannya untuk mengambil tulang runcing itu yang akan dipakai untuk membuka pintu gerbang yang terkunci rapat.

kisah tujuh pangeran gagak
gambar diambil dari www.pixabay.com

Namun, betapa terkejutnya Gadis Kecil itu ketika ia melihat tulang runcing itu tidak ada di dalam sapu tangannya. Betapa malangnya Gadis Kecil itu! Bagaimana aku dapat membebaskan ketujuh kakakku bila aku tak dapat membuka pintu gerbang ini? Aku harus membuat sebuah kunci agar aku bisa membuka pintu gerbang ini, pikirnya.

 

(bersambung ke sini)

 

 

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *