Cabai selalu ada dalam hidangan sehari-hari masyarakat Indonesia. Makan tanpa cabai ibarat makan sayur tanpa garam. Begitu mungkin pendapat bagi banyak orang Indonesia.
Cara pengolahan cabai bermacam-macam. Bisa dibuat sambal, dilalap mentah sebagai pelengkap, dicampur dengan masakan, sebagai campuran bumbu perendam, dan lain sebagainya. Kadar kepedasannya tergantung dari jenis cabai yang digunakan dan jumlah yang dipakai. Semakin banyak, semakin pedas rasanya. 😀
Cabai yang kita kenal ini disebut chilli, atau capsicum. Nama ini diambil dari bahasa Latin ‘capsa‘ yang artinya kantung. Sekilas bentuk cabai memang menyerupai kantung. Bagian tengahnya kosong dan berisi biji. Warna dan ukuran cabai bervariasi. Saat cabai masih muda, warnanya hijau. Pada tingkat kematangan penuh, warnanya berangsur-angsur menjadi merah.
Cabai pertama kali ditanam sekitar sembilan ribu tahun yang lalu, di lembah Meksiko, Amerika Utara. Perjalanan cabai hingga terkenal ke seluruh penjuru dunia berawal dari Columbus memperkenalkan cabai ke Eropa sekitar akhir abad XV.
Awalnya, ia sempat terheran-heran dengan cabai yang ditemukannya ini. Pasalnya, cabai ini berbeda dengan cabai yang dikenalnya selama ini, yaitu paprika. Paprika saat itu sudah berkembang hampir ke seluruh Eropa bagian selatan. Di akhir ekspedisi, temuannya itu diperkenalkan ke benua lain. Sejak itulah cabai tersebar ke masyarakat luar.
Cabai kaya akan vitamin C, bahkan jumlahnya 3 kali lebih banyak bila dibandingkan dengan jeruk. Sementara, paprika banyak mengandung vitamin A, C, dan E.
Sejak beratus-ratus tahun yang lalu, para dokter, ahli obat-obatan, dan juga tabib sering memakai ramuan dari cabai untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Seperti, mengatasi gangguan pencernaan, rematik, rabun, dan gangguan penyakit kulit. Selain itu, buah yang pedas ini mengandung pula capsaicin, senyawa antikoagulan yang mencegah menggumpalnya darah sehingga mengurangi resiko serangan jantung dan stroke.
Macam-Macam Cabai
Cabai merupakan tanaman perdu dari keluarga terung-terungan (Solanaceae). Masih keluarga dekat dengan terung, kentang, dan tomat. Sebagian besar jenisnya merupakan tumbuhan negeri tropis.
Keluarga cabai-cabaian ini, antara lain terdiri dari :
Cabai merah (Capsicum annum var. logum), disebut cabai merah atau lombok merah karena berwarna merah. Cabai ini terdiri dari beberapa jenis, di antaranya :
- cabai keriting, yang ukurannya lebih kecil dan berkelok-kelok. Rasanya pedas dan beraroma tajam. Banyak biji, sedikit mengandung air, dan lebih tahan lama jika disimpan dalam lemari es.
- cabai taiwan, ukuran buahnya besar, panjang, dan lurus tapi rasanya kurang pedas;
- cabai tit paris, tit super, dan cabai jatilaba. Ketiganya sering digunakan untuk pembuatan saus cabai;
- cabai lokal, long chilli, dan cabai semarang.
Cabai hijau (Capsicum annum var. annum). Bentuknya seperti cabai merah tetapi kulitnya lebih tebal dan lebih lunak. Rasanya tidak sepedas cabe merah. Kegunaannya selain untuk bahan pembuat sambal, bisa juga untuk campuran sayur. Cabai hijau bisa juga berasal dari cabai merah besar yang belum matang dan masih berwarna hijau.
Cabai rawit (Capsicum frutescens). Bentuknya kecil, panjangnya sekitar 3-4 cm. Cabai rawit yang lebih kecil lagi ukurannya sekitar 1-2 cm, biasanya jauh lebih pedas rasanya. Ada 2 macam cabai rawit :
- cabai rawit yang berwarna putih. Cabai ini ukurannya ada yang kecil dan ada yang besar. Yang ukurannya lebih kecil rasanya lebih pedas dibandingkan yang lebih besar. Cabai ini ketika masih muda berwarna putih, berwarna oranye ketika matang, dan kulitnya mengeriput.
- cabai rawit yang berwarna hijau. Cabai ini tampak padat, kulitnya halus dan licin. Saat masih muda berwana hijau dan berwarna merah ketika matang.
Paprika (Capsicum annum var. grossum). Bentuknya besar seperti bunga terompet dan rasanya tidak pedas, malah sedikit manis. Itulah sebabnya di negara-negara barat, paprika dikenal dengan sebutan cabai manis atau sweet pepper. warna paprika yang sering dijumpai adalah hijau, merah, dan kuning.
Jalapeno. cabai yang berasal dari Meksiko. Berwarna hijau seperti cabai hijau tetapi lebih pendek. Rasanya pedas dan khas. Jenis ini banyak dijual di pasar swalayan. Biasa digunakan untuk masakan Meksiko.
Mengawetkan Cabai
Ada beberapa cara mengawetkan cabai di rumah, antara lain:
° dikeringkan dengan sinar matahari.
Merupakan pengeringan cabai secara alami. Pilih cabai merah segar yang masih mulus dan kematangannya sudah mencapai sekitar ±60%. Sebab, kalau kurang dari 60% akan menjadi cabai kering yang berwarna keputihan. Sedangkan, kalau cabai yang sudah busuk atau cacat, setelah menjadi cabai kering akan berwarna kehitaman. Cabai yang tepat untuk dikeringkan, warna aslinya masih dapat dipertahankan.
Setelah dipilih, tangkai-tangkai cabai dibuang lalu dicuci sampai bersih. Selanjutnya, dibelah agar cepat kering atau biarkan utuh. Kemudian, masukkan ke dalam air panas (±90°C) yang sudah dicampur dengan 0,2% kalium metabisulfat (setiap 2 gram bahan dicampur dengan 1.000ml air), rendam selama 6 menit. Setelah itu, langsung masukkan cabai ke dalam air dingin sebentar, lalu tiriskan dan jemur di bawah sinar matahari langsung selama 7-10 hari. Bila udara kurang baik, pemanasan dapat berlangsung lebih lama. Setelah kering, simpan dalam wadah tertutup.
° dikeringkan dengan oven
Pilih cabai yang bagus. Kemudian, buang tangkainya lalu cuci bersih. Proses sebelumnya sama dengan pengeringan sinar matahari. Setelah direndam, cabai dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60°C selama ±10 jam, sambil dibalik sesekali.
Cabai-cabai yang sudah dikeringkan ini dapat dihancurkan menjadi bubuk cabai kering yang dapat disimpan di dalam stoples, dan bisa digunakan untuk berbagai keperluan, misal untuk taburan pizza, sup, dsb.
° dibuat sambal
Sebelum diolah, bahan baku yang dipakai seperti cabai, bawang, terasi, tomat harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu (dikukus, digoreng, dibakar, direbus). Setelah itu, semua bahan dihaluskan dan ditumis lagi. Dengan proses tersebut, sambal bisa bertahan selama 2-3 hari. Jika sambal dibuat lebih kering lagi, mungkin bisa bertahan sampai 4-5 hari. Kondisi ini bisa tercapai selama penyimpanannya dilakukan dengan baik dan dalam wadah yang bersih.
Sebaiknya, setelah sambal jadi, isikan ke dalam botol atau wadah gelas dan itutup. Sterilkan di atas air mendidih selama beberapa menit.
Mengolah Dengan Aman
◊ Agar tangan tak pedas
Setelah Mengolah cabai, sebaiknya tangan jangan menyentuh wajah. Apalagi bagian mata dan mulut karena dapat menimbulkan iritasi dan rasa panas yang sangat mengganggu. Cuci bersih tangan, pisau, dan talenan dengan menggunakan sabun dan air panas setelah selesai menangani cabai. Kalau perlu, bisa menggunakan sarung tangan karet sewaktu menyiapkan dan mengolah cabai.
◊ Agar tidak batuk
Pada saat menggoreng sambal, agar baunya tidak terlalu menyengat di hidung yang bisa membuat terbatuk-batuk, tambahkan seikit gula pasir ke dalam minyak panas. Kemudian masukkan sambal/cabai, setelah itu olah sesuai resep.
◊ Agar rasa cabai tidak terlalu pedas
Untuk menghindari cabai yang rasanya terlalu pedas, buang bijinya dan tulang cabai yang berwarna putih. Atau, rendam cabai dalam air dingin yang sudah diberi sedikit cuka selama 1 jam. Tiriskan, kemudian olah sesuai resep. Tetapi, sebenarnya, menumis, mengukus, merebus atau membakar bahan mentah sambal, juga dapat mengurangi rasa pedas dan menghilangkan bau langu cabai.
Cara lain untuk mengurangi rasa pedas cabai : giling satu per satu cabai merah dengan kedua belah tangan agar biji lepas dari daging buah. Iris tipis-tipis, masukkan dalam sebuah mangkuk, taburi 1 sdm garam. Aduk rata sambil ditekan-tekan, diamkan selama 30 menit. Cuci irisan cabai berulang kali dengan air yang cukup banyak. Setiap kali membuang air, usahakan biji-biji cabai ikut terbuang. Tiriskan. Keringkan dengan kertas tisu dapur. Cabai siap dihaluskan.
***
untuk membuat manisan cabai
bahan :
350 gram cabai merah dan cabai hijau segar
1/2 sdt kapur sirih
2.000 ml air
1/2 sdm garam, untuk merendam
500 gram gula pasir
300 ml air
Cara Membuat :
- Belah cabai jangan sampai putus, buang bijinya lalu kerat-kerat permukaannya.
- Cuci bersih cabai, rendam di dalam larutan 1/2 sdm garam dan 750 ml air selama ± 1 jam, tiriskan.
- Rendam lagi di dalam larutan 1/4 sdt kapur sirih dan 750 ml air semalam, tiriskan.
- Rendam lagi di dalam larutan 1/4 sdt kapur sirih dan 500 ml air semalam, tiriskan.
- Cuci bersih cabai dengan air, keringkan dengan lap/tisu dapur.
- Masak 300 ml air dengan 500 gram gula pasir sampai air agak kental, angkat, biarkan agak dingin.
- Rendam cabai dalam larutan gula semalaman, angkat, dan tiriskan. Jemur seharian, rendam lagi dengan sisa larutan gula yang sudah dipanaskan. Lalu jemur lagi, lakukan/ulangi langkah no. 5 dan no. 6 beberapa kali hingga larutan gula habis (2-3 hari).
Leave a Reply